Jika sudah mampir silahkan tinggalkan Pesan, Kritik atau Saran pada kolom komentar. Sebagai tanda persahabatan

Selasa, 15 Desember 2015

#Goes to Malang 2: Wisata Petik Apel

Foto Bersama
Hai, hai, lanjutin ceritaku goes to Malang yach. Kebiasaan aku, kalau tidur di tempat yang baru, aku nggak bakalan bisa tidur nyenyak. Jadi yach, mata terpejam, tapi sebenarnya nggak tidur betulan. Beberapa teman sudah pules. Mungkin karena kelelahan. Jam 3 kurang seperempat, Bu Ning dah bangun. Aku dengar sih beliaunya bangun. Langsung deh mandi. Daripada antri katanya. Aku termasuk yang bangun awal, tapi eng ing eng, kebagian mandi belakangan. Bukannya males lho, tapi solidaritas saja.

Habis mandi, kebetulan masuk waktu Subuh. Teman-teman ngajakin sholat jamaah ke Mushola yang kebetulan ada di depan rumah. Yach, sekalian kenalan sama para tetangga. Habis sholat, sebagian bantu-bantu tuan rumah menyiapkan sarapan. Dan masih ada lho yang nunggu giliran buat mandi. Lha kamar mandinya cuma satu. Sambil nunggu teman-teman siap, kami foto-fotolah di halaman rumah, sembari menunggu matahari terbit di Sidoarjo. Habis itu sarapan rame-rame. Tapi masih nunggu Pak Sopir yang belum lagi siap. Jadinya foto-foto dulu yach.

Menunggu matahari terbit di Sidoarjo


Pukul enam pagi, kamipun meluncur ke Malang. Kali ini rombongan bertambah dengan putranya Bu Sakdiyah. Tapi mereka berangkat dengan mobil sendiri. Bahkan para pengurus Yayasan pindah mobil. Wah, kami yang kemarin sempat sungkan buat berkelakar jadi rame deh dalam minibus. Tapi karena diserang kantuk, ya kelakarnya kalah sama tidur. Waktu itu masih begitu pagi, Sidoarjo masih diselimuti kabut. Tapi kami sudah meluncur ke Kota Malang. Tepatnya ke Batu, buat wisata petik apel.


Nunggu Pak Sopir
Kota Sidoarjo ternyata lebih cantik di pagi hari. Kotanya tertata rapi dengan banyak pepohonan menghiasi jalan. Kotanya bersih dan asri. Jadi nggak kepingin tidur kendati mata ini mengantuk. Pukul delapan kami memasuki kota Malang. Dan kami terpisah dari mobil di depan. Jadinya sibuk telpon-telponan buat ketemuan. Karena sopir minibus kami ini termasuk kudet dan kuper, nggak tahu rute jalan. Katanya biasa jalan ke Jakarta. Yaelah, pak.


Selamat datang di kebun apel
Untungnya adegan terpisah rombongan ini tak berlangsung lama. Dan akmi bisa melnajutkan perjalanan ke Batu Malang. Di sini udara mulai terasa dingin. Di kanan kiri berjajar penjual tanaman bunga. Aih, bunganya bagus-bagus. Lumayan lama juga perjalanan ke kebun apel ini. Mungkin rasa penasaran kami akan wisata petik apel ini yang membuat perjalanan terasa lama. Dan memasuki kawasan wisata di Batu Malang, here we go, wisata petik apel di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Batu Malang. Letaknya bersebelahan dengan kawasan wisata Selekta. Mata rasanya langsung terbius oleh indahnya pemandangan. Bukit dengan jajaran pohon cemara yang masih berselimut kabut. Udara yang sejuk, dan pohon apel yang berjajar dengan buahnya yang bergelantungan menggiurkan. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Tak sabar rasanya ingin segera menjejak kebun untuk memetik buah apel.


Apelnya manis

Tapi tunggu dulu, kami mesti beli tiket dulu. Dua puluh ribu rupiah per orang, kami bebas memetik dan memakan buah apel sepuas kami. Namun untuk yang dibawa pulang mesti ditimbang dulu dan dibayar yach. Per kilo-nya 20.000 rupiah. Lebih mahal dari yang dipasar. By the way, jaminan kesegarannya tak tertandingi. Habis bayar tiket, kami dapat welcome drink berupa sariapel. Segar. Kami lalu diberi arahan, apel yang kayak apa yang mesti dipetik. Apel yang di sini jenis apel manalagi. Rasanya manis segar. Dan tahu nggak, ternyata yang enak tuh yang kulitnya bruntusan. Itu pertanda apel sudah tua. Bukannya yang masih mulus yach.
Sayang saat itu kebun sedang becek. Mungkin semalam turun hujan, wah. Licin juga jalannya. Mana waktu itu pakai gamis lagi. tahu gitu tadi pakai celana yach. Lha aku pikir kebun apel ini datar-datar saja seperti kebun strawberry. Tak tahunya menjanjak. Terasiring gitu. Mana licin lagi, tapi semangat deh, mau petik apel, kendati mesti angkat gamis tinggi-tinggi. Hihihi, don’t worry, pakai dalaman panjang lagi.


Bersama Dik Novi


Wah, kami semangat petik apelnya. Sayang sekali nih, buah yang ada di jangkauan tangan kecil-kecil. Buah gedenya ada di pucuk, tak terjangkau. Ya iyalah, sudah pasti yang berada dalam jangkauan sudah diambil pengunjung yang lebih dulu. Tapi untungnya tuh Bu Tutik nemu kayu panjang, buat menjolok apel. Bu Zul sampai manjat-manjat buat nemuin buah yang gede-gede. Dan apel yang baru dari pohon ini rasanya memang renyah banget. Beda sama yang di pasar. Jadi semangat deh.

Pohon apel dengan buahnya yang menggiurkan
Apel-apel ini sudah siap petik. Jadi begitu kesentuh sedikit langsung deh lepas dari tangkai. Lihat saja itu di bawah pohon, banyak sekali buah apel berserakan. Mungkin karena bukan buah yang diinginkan untuk dipetik atau mungkin karena bentuknya kecil-kecil, apel-apel itu dibiarkan begitu saja oleh para wisatawan. Mudah-mudahan apel yang berserakan itu dikumpulin pemilik kebun yach. Kan mubazir kalau dibiarkan begitu saja. Bisa dimanfaatkan itu buat keripik apel atau minuman sari apel.

Ngantuk cantik di perjalanan
Rasanya ingin berlama-lama di kebun apel. Tetapi sudah diteriaki dari bawah disuruh turun karena kami mau melanjutkan perjalanan. Dan akulah yang terakhir turun. Timbang buah apel, dapat dua kilo, doang. Tapi sibuk foto-foto melulu, jadi gak konsentrasi petik apel. Wah, sandalnya penuh tanah basah lagi.

Selain beli apel, ada juga lho penjual bibit sayuran, satu renteng berisi aneka macam bibit sayuran. Dan harganya 15.000 saja. Next trip, ke Turen ya… Ke mana lagi kalau bukan ke Masjid Tiban

Bacaan sebelumnya di sini

Bacaan selanjutnya: di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar